
Kain Tapis adalah mahakarya tradisional masyarakat Lampung, dikenal karena keindahan motifnya dan nilai filosofis yang melekat pada tiap sulamannya. Dibuat secara manual menggunakan tenun dan sulaman benang emas atau perak, kain ini tak hanya berfungsi sebagai pakaian adat, tetapi juga sebagai simbol status, budaya, dan identitas. Namun di era globalisasi dan industrialisasi, kain Tapis menghadapi tantangan serius: persaingan dengan produk tekstil massal yang lebih murah, cepat dibuat, dan mudah diakses.
Pertanyaannya: mampukah warisan budaya seperti Tapis bertahan di tengah dominasi industri modern?
Tapis bukan sembarang kain. Ia dirancang dengan tangan, ditenun dan disulam secara perlahan, penuh ketelatenan. Dibutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk menyelesaikan satu kain.
Di sisi lain, produk tekstil massal menawarkan efisiensi. Mesin-mesin modern bisa memproduksi ribuan meter kain dalam waktu singkat. Biaya rendah, distribusi luas, dan desain yang mengikuti tren membuat produk ini sangat menarik bagi konsumen.
Masyarakat saat ini cenderung mencari barang yang praktis dan ekonomis. Tak heran, pakaian dengan motif “etnik” hasil print pabrik kerap dipilih ketimbang kain Tapis asli yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran. Semakin sedikit generasi muda yang tertarik menekuni kerajinan Tapis karena dianggap tidak menjanjikan secara ekonomi. Banyak perajin tua yang tak memiliki penerus. Akibatnya, teknik menenun dan menyulam yang diwariskan secara lisan mulai hilang.
Namun, tidak semuanya suram. Beberapa upaya pelestarian kini mulai menunjukkan hasil:
- Digitalisasi dan Promosi Online
Perajin muda mulai menjual produk Tapis lewat e-commerce dan media sosial. Branding Tapis sebagai produk eksklusif, etnik, dan bernilai seni tinggi mulai mendapat tempat di pasar premium. - Kolaborasi dengan Desainer Fashion
Banyak desainer Indonesia memasukkan unsur Tapis dalam karya mereka—baik dalam busana pengantin, gaun pesta, hingga aksesori modern. Kolaborasi ini memberi nafas baru dan menjangkau pasar anak muda. - Edukasi Budaya di Sekolah dan Komunitas
Program edukatif tentang kain Tapis diperkenalkan di sekolah dan komunitas lokal. Anak-anak diajak mengenal dan mencoba membuat Tapis secara langsung. - Pelatihan dan Pemberdayaan UMKM
Pemerintah daerah dan organisasi non-profit memberikan pelatihan kewirausahaan, teknik produksi, hingga pemasaran digital untuk para pengrajin Tapis. - Labelisasi Produk Asli
Diperlukan sistem yang dapat membedakan Tapis otentik dengan tiruan. Sertifikasi atau label resmi bisa membantu melindungi nilai produk asli.
Pelestarian Tapis bukan hanya tugas para perajin, tetapi tanggung jawab kolektif masyarakat, pemerintah, pelaku industri kreatif, hingga generasi muda. Jika dijaga dan dikembangkan dengan tepat, kain Tapis bukan hanya akan bertahan, tapi juga bersinar di panggung dunia sebagai simbol kekayaan budaya Indonesia.
Kami menjadi pusat produksi kain tapis dan turunan. Kami juga menerima ragam pesanan untuk kebutuhan acara, seragam, souvenir dan seminar kit bernuansa tapis Lampung. Kami berpusat di Desa Sumbergede Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Informasi lebih banyak dapat menghubungi kami di 082178868962 (Untuk menjalin kemitraan). 081373595167 (Untuk ritel).
Jangan lewatkan kesempatan untuk melihat koleksi terbaru dari Lampung Ethnica dan bergabung dengan kami dalam merayakan kekayaan budaya Lampung. Kunjungi toko kami di https://s.shopee.co.id/9KPBJfUAI6 atau ikuti kami di media sosial untuk update lebih lanjut!
